Lawang Sewu, Warisan Budaya yang Menjaga Memori Sejarah Semarang
SEMARANG – Lawang Sewu, ikon bersejarah yang berdiri megah di jantung Kota Semarang, kini menjadi destinasi budaya yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Bangunan bergaya arsitektur kolonial Belanda ini tidak hanya dikenal karena kisah mistisnya, tetapi juga dihargai sebagai saksi penting perjalanan sejarah transportasi dan perjuangan bangsa.
Dibangun pada tahun 1904 sebagai kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), Lawang Sewu memiliki lebih dari seribu daun pintu dan jendela yang menjadi ciri khas namanya. Kini, kompleks bangunan ini difungsikan sebagai museum sejarah perkeretaapian dan ruang pamer budaya.
Setiap harinya, ratusan wisatawan datang untuk menyusuri lorong-lorong panjang, menikmati galeri foto dan dokumentasi sejarah, serta mengikuti tur budaya yang disediakan oleh pengelola. Banyak dari mereka terkesan dengan cara bangunan ini dipertahankan dan dikemas ulang sebagai ruang edukatif dan estetik.
“Awalnya saya pikir cuma bangunan tua, tapi setelah dijelaskan pemandu, saya jadi paham bahwa Lawang Sewu adalah bagian penting dari identitas Semarang,” kata Reza. Ia mengaku datang karena tertarik dengan bangunan kolonial, dan merasa bangga melihat sejarah perkeretaapian Indonesia ditampilkan dengan menarik.
Lawang Sewu juga sering menjadi lokasi pertunjukan seni, pameran fotografi, dan kegiatan komunitas budaya lokal. Hal ini membuat tempat tersebut tak hanya menjadi objek wisata sejarah, tetapi juga ruang hidup bagi ekspresi budaya masa kini.
Menurut Siti Nurhayati, pemandu wisata di Lawang Sewu, antusiasme pengunjung meningkat setiap tahun, khususnya dari kalangan muda. “Banyak yang awalnya penasaran karena cerita horor, tapi akhirnya jadi tertarik belajar sejarah dan budaya. Kami juga sering menerima kunjungan pelajar dan komunitas seni,” jelasnya.
Revitalisasi kawasan ini oleh PT KAI Heritage dinilai berhasil memadukan aspek pelestarian bangunan dengan pengembangan nilai edukatif dan budaya. Selain itu, letaknya yang strategis di pusat kota menambah daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Kini, Lawang Sewu tak lagi sekadar simbol masa lalu yang suram, melainkan wajah baru dari warisan budaya yang terus hidup, dikenang, dan diberi makna oleh generasi masa kini.
Editor: Nessa Jauhara Cahyani