Kota Lama Semarang, Jejak Kolonial yang Hidup Kembali Lewat Budaya

 

Foto kota lama semarang/DetikInfo.com


SEMARANG – Kota Lama Semarang kembali menggeliat sebagai pusat pelestarian budaya dan sejarah. Kawasan yang dijuluki “Little Netherland” ini tak hanya menarik wisatawan dengan arsitektur Eropa masa kolonial, tetapi juga menjadi panggung berbagai aktivitas budaya seperti pameran seni, pertunjukan musik klasik, hingga pasar kreatif.

Pada akhir pekan, ribuan pengunjung memadati jalanan berbatu khas era Hindia Belanda untuk berfoto, menikmati pertunjukan jalanan, atau sekadar bersantai di kafe-kafe yang mempertahankan gaya bangunan aslinya. Banyak dari mereka datang untuk menikmati nilai sejarah yang kini berpadu dengan nuansa kekinian.

“Yang menarik dari Kota Lama adalah bagaimana tempat ini tidak hanya menjadi objek wisata, tapi juga ruang ekspresi budaya,” kata Anita Rachmawati, pegiat komunitas budaya Semarang Heritage. Ia menambahkan bahwa sejumlah komunitas secara rutin menggelar agenda budaya untuk mengedukasi generasi muda.

Pemerintah Kota Semarang juga aktif mengembangkan kawasan ini sebagai destinasi wisata budaya unggulan. Melalui revitalisasi sejak 2017, Kota Lama kini lebih tertata, bersih, dan ramah pejalan kaki, tanpa menghilangkan nilai historisnya.

Dimas, salah satu pengunjung, menyebut Kota Lama sebagai “museum terbuka yang hidup”. Ia datang bersama temannya mengenakan pakaian vintage untuk ikut dalam acara heritage walk dan sesi foto komunitas fotografer analog. “Kami suka suasananya. Serasa bukan di Indonesia, tapi tetap lekat dengan budaya lokal,” ujarnya.

Kawasan Kota Lama saat ini juga rutin menjadi lokasi digelarnya acara budaya seperti Semarang Night Carnival, Festival Kota Lama, hingga pertunjukan tari dan musik akustik di pelataran Gereja Blenduk. Hal ini memperkuat posisi Kota Lama sebagai ruang publik yang menggabungkan pelestarian sejarah dengan dinamika seni kontemporer.

Di tengah arus modernisasi, Kota Lama menjadi contoh bagaimana warisan budaya dapat dihidupkan kembali tanpa kehilangan jati dirinya.


Editor: Nessa Jauhara Cahyani

Postingan populer dari blog ini

Angkringan Lawang Sewu Diserbu Pengunjung Setiap Malam, Warga Semarang Dilanda FOMO

Performance Team dengan pendekatan personal leadership

Kini Belajar tidak harus di dalam ruangan : KKL Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi di Industri Media.